Sejak  kecil, Herman sudah berhubungan dengan hal-hal gaib karena orangtuanya  yang mengajak ke tempat-tempat seperti itu. “Saat itu saya berpikir  bahwa yang memberikan rejeki dan kesehatan, itu dari kuasa gelap.” 
Herman memulai kisahnya. “Tapi saya tidak mengerti Tuhan itu yang mana.” katanya lagi. Sampai akhirnya, kejadian yang menakutkan dialaminya.
Herman memulai kisahnya. “Tapi saya tidak mengerti Tuhan itu yang mana.” katanya lagi. Sampai akhirnya, kejadian yang menakutkan dialaminya.
Suatu  malam, ketika dia masih kecil, dia terbangun dari tidurnya dan waktu  membuka lemari pakaian yang ada di kamarnya. Ternyata di sana, dia  melihat ada kepala yang terpotong. Meskipun kaget, karena masih kecil  hal itu dianggapnya hanya sebagai mimpi belaka. Tapi bagaimanapun juga,  dia menyadari bahwa dia melihat sesuatu yang menakutkan, dia sampai  susah tidur.
Herman  mengira bahwa peristiwa menakutkan itu akan hilang begitu saja, tapi  ternyata semakin dewasa kejadian itu makin menakutkan. Ada  kejadian-kejadian yang membuat hidupnya makin tersiksa. Ketika dirinya  beranjak remaja, saat sedang tidur seringkali Herman mendengar  suara-suara di telinganya. Kadang-kadang badannya seperti disentuh,  bahkan sampai selimutnya ditarik.
Tak  hanya di rumah, di tempat lain dimanapun dia tidur, dia mengalami hal  yang sama. Bahkan kali ini lebih parah lagi. Ada nenek-nenek yang  mencoba mencekiknya. Cekikan nenek itu didorong-dorongnya dengan kuat,  sambil mendorong sambil menjerit juga. Sampai akhirnya terlepas juga.  Saat itu juga, dia tidak bisa tidur lagi.
Gangguan-gangguan  makhluk gaib itu, membuatnya memanggil dukun berikut timnya. Ada  tumpeng, kemenyan, air garam sebagai alat pengusir setan. “Satu dua hari  hilang setannya, tapi setelah itu tambah berat lagi siksaannya,” kisah  Herman tentang hari itu. Padahal boleh dibilang, dukun yang dipanggilnya  merupakan dukun yang kuat. Setan-setan itu lebih kuat lagi menariknya,  seolah-olah menyuruhnya untuk menyembah mereka.
Segala  cara mereka lakukan. Akibatnya, hal ini juga berdampak pada keluarga  Herman. Ayah dan ibunya seringkali bertengkar sehingga ketentraman dalam  rumah tangga itu sudah tidak ada lagi. Hal ini pun memberi dampak  kepada Herman, yaitu dia menjadi orang yang mudah sekali naik darah.  Meskipun beberapa kali dikeroyok dan babak belur, tapi kalau ada orang  yang menghalangi jalannya, dia akan mengajak mereka berantem.
Sampai  suatu hari, nyawa seseorang jadi korban. Hari itu, dia menggoda seorang  perempuan yang lewat, ternyata perempuan itu mengadu kepada pacarnya.  Sang pacar bersama beberapa orang langsung saja menghampiri tempat  kostnya. Kebetulan saat itu, adik kembar Herman ada di sana. Mereka  pikir, adiknyalah yang menggoda wanita itu. Akhirnya, mereka pun mulai  memukuli adik Herman tersebut. Mereka bertengkar hebat. Karena gelap  mata, Herman menusuk salah seorang penyerangnya dan kena pinggangnya.  Akibat hal itu, Herman ditahan polisi. Namun, semuanya dapat  diselesaikan secara kekeluargaan, akhirnya Herman bebas.
Semua  kejadian itu, tidak membuat Herman bertobat tapi sebaliknya. Dia  terjerumus dalam sebuah pergaulan yang akan membawanya lebih dalam lagi.  “Kalau lelaki itu, kata orang harus kenal perempuan, kenal rokok, kenal  perempuan, kenal dugem-dugem. Itu baru laki-laki,” kutip Herman tentang  perkataan orang lain terhadapnya.
Entah  mengapa, hal-hal itu makin membuatnya gelisah. Ingin cepat membunuh  orang dan juga ingin cepat mati. “Tidak ada damai, kosong… yang saya  rasakan begitu. Tidak ada pengharapan, tidak ada sukacita bahkan panas  hati..” itulah perasaannya waktu itu dia  bertemu dengan temannya suatu hari dan temannya bilang untuk percaya  kepada Tuhan. Lalu, mulailah temannya ini mengenalkan dia kepada  saudaranya yang memimpin kelompok rohani. Mereka sama-sama bertemu dan  berdoa di rumah Herman. “Kelompok rohani ini menyarankan kepada saya  untuk menerima Tuhan Yesus. Saya langsung jawab ‘iya’ karena saya  sendiri memang butuh kekuatan.”
Akhirnya  Herman mengaku sebagai orang berdosa dan minta ampun. Mereka sama-sama  berdoa dan Herman menerima Tuhan Yesus secara pribadi. Setelah  pengalaman itu, sepertinya beban dosa terlepas dalam hidup Herman.  “Ternyata satu-satunya yang selama ini saya cari dimana-mana, dengan  kesenangan-kesenangan dunia tidak bisa memuaskan, satu-satunya saya  dapat hanya Yesus Kristus, yang sangat…sangat memuaskan, memberikan  sukacita, memberikan pengharapan, yang sudah memberikan pengampunan  kepada saya…” kata Herman sambil menahan haru karena pengorbanan Yesus  kepadanya.
Tidak  hanya itu, ketika dia berbalik arah dan menerima Yesus, roh-roh jahat  tidak lagi mengganggunya. Justru dia bisa mengusir setan, menengking  setan dan hidupnya benar-benar merasakan damai sejahtera dan sukacita.  Dia dapat memaknai hidup ini lebih bijaksana.
“Saya  kenal Pak Herman sejak dari muda sekali. Saya tahu dia pergaulannya  yang tidak baik, dan dia orang yang mudah emosi sekali. Dia cepat sekali  tersinggung, cepat sekali marah dan suka berkelahi. Berjalannya waktu,  dia sangat berubah. Dengan kata-katanya yang baik dan begitu mencintai  Tuhan Yesus,” saksi teman Herman, Herbert.

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar