Dari hari ke hari Eddy memperdalam mantera-mantera yang diajarkan gurunya. Sampai suatu ketika ia diperhadapkan dengan preman-preman yang siap untuk menghajarnya. Saat itulah untuk pertama kalinya Eddy membacakan mantera-mantera yang dipelajarinya.
Teman saya dihajar habis-habisan. Tidak tahu dari mana, dengan cara yang ajaib muncul seseorang yang membuat saya kaget. Orang itu bilang pada preman yang ada : “Kalau anak ini kamu pukul, lewati dulu mayat saya”.
Saat itu Eddy melarikan diri tanpa menghiraukan temannya.
Saya pikir, betapa dahsyat mantera-mantera itu. Betapa hebat dewa-dewa yang menolong saya sebab mantera yang saya pakai adalah mantera pelindung diri. Mulai dari situlah saya setiap hari dengan antusias saya belajar dan cepat menghafal semuanya. Guru saya sampai kebingungan saat itu.
Banyak sekali ilmu yang guru ajarkan pada saya, bahkan dia mendelegasikan murid-muridnya pada saya. Disana mereka belajar masalah ilmu gaib.
Tapi saya mempunyai pantangan dalam memakai ilmu saya. Saya tidak bisa cabul dan juga mempermainkan ilmu yang ada. Saya juga tidak bisa menganiaya orang, saya harus hidup bersih. Saya mempraktekkan pelajaran ilmu ini kebanyakan pada orang-orang sakit. Begitu banyak yang sepertinya disembuhkan, meskipun ada beberapa yang meninggal dunia dan tidak tersembuhkan. Saya kira hal itu adalah hal yang biasa karena semua orang pasti mati.
Bagi Eddy, ilmunya adalah hal terhebat yang dimilikinya.
Yang saya kira cukup hebat dibanding berjalan diatas bara adalah mandi minyak panas. Belanga berisi minyak seratus liter kami nyalakan. Pertama kami takut tapi setelah lama-lama kami mencoba dengan tangan kami. Ternyata tangan kami tidak apa-apa, lalu tangan kami celupkan semua. Karena kuali itu cukup besar, kami beberapa orang lalu main saja di dalam situ. Kami seperti mencari sumber minyak mendidih, kami main-main dan tidak ada yang hangus. Itu adalah ilmu yang paling dahsyat yang pernah saya tahu. Saya bilang pada teman debat saya bahwa Yesus itu hanya manusia, dia bukan Allah.
Di tengah kebanggaan atas ilmunya, mendadak ayah Eddy terbaring di ruang gawat darurat satu rumah sakit karena terkena serangan jantung.
Dokter yang biasa merawat papa mengatakan pada saya untuk pergi dan cepat-cepat memanggil mama sebab papa saya sudah koma. Saya kaget dan bengong. Memang sejak kecil saya dekat dengan orang tua, saya mencintai dan mengasihi orang tua saya. Mereka juga sayang dan mereka mencintai saya.
Eddy mulai mengeluarkan semua kesaktian ilmunya.
Waktu itu saya merasa tertantang. Orang lain pada waktu sakit saya sering obati. Sekarang papa saya akan saya obati juga. Saya mulai undang semua dewa-dewa yang saya kenal. Tapi dokter tiba-tiba tepuk saya, saya melihat bahwa tekanan darahnya 172. Ini sangat menakutkan saya.
Eddy masuk dalam perang batin.
Waktu saya mau menyebut nama Yesus, saya merasa minder, bibir saya kaku. Mulut saya rasanya terputar. Dan saya juga tidak senang dengan nama Yesus itu. Tapi saya tidak tahu lagi siapa lagi yang harus saya panggil. Dalam kontradiksi dan perang dalam hidup saya, tiba-tiba saya tersentak dan saya berkata sendiri : “OK Yesus, kalau kamu bisa menyembuhkan papa saya, malam ini juga saya mau mengikut kamu.” Pada waktu saya menyebut nama ini, saya serasa melayang, saya seperti tidak tahu apa-apa. Tapi saya sadar.
Waktu saya buka mata, sekitar satu dua menit kemudian, saya merasa lama sekali saya berada dalam konsentrasi dengan nama ini, padahal hanya satu dua menit. Tapi waktu saya melihat di layar monitor, kok ada perubahan. Lalu saya dekati monitor, yang tadinya 172 sekarang jadi 168.
Keajaiban instan ini mengejutkan Eddy.
Waktu saya lihat papa sudah sadar, keluarga saya juga sudah senang, giliran saya yang bengong. Selama ini saya mencari siapa yang sebenarnya dikatakan Allah itu. Saya belajar ilmu mati-matian, apapun syarat yang diperlukan untuk saya bisa mendapatkan semua ilmu, saya ikuti semua. Tapi kenapa dewa-dewa yang saya layani 23 tahun dengan setia dimana setiap hari dua kali saya layani tapi kenapa mereka tidak dapat menolong?. Belakangan saya baru sadar bahwa memang dewa-dewa ini tidak punya kuasa sama sekali atas kehidupan. Akhir semuanya, kehidupan itu tidak berada di tangan mereka.
"Berhimpunlah dan datanglah, tampillah bersama-sama, hai kamu sekalian yang terluput di antara bangsa-bangsa! Tiada berpengetahuan orang-orang yang mengarak patung dari kayu dan yang berdoa kepada allah yang tidak dapat menyelamatkan. Beritahukanlah dan kemukakanlah alasanmu, ya, biarlah mereka berunding bersama-sama: Siapakah yang mengabarkan hal ini dari zaman purbakala, dan memberitahukannya dari sejak dahulu? Bukankah Aku, TUHAN? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain dari pada-Ku! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku!” (Yesaya 45:20-21)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar