Meramal itu tinggal lihat mata ketemu mata dalam waktu lima detik. Jadi tidak perlu menunggu dan memakai mantera. Tinggal melihat matanya, semuanya langsung kelihatan. Sepuluh tahun atau dua puluh tahun kemuka atau sepuluh tahun yang sudah lalu, saya bisa ramalkan. Itu adalah penglihatan yang sejak kecil saya dapatkan.
Kemampuan yang ia miliki sejak kecil semakin meningkat sampai Vera menginjak dewasa dan mengajar puluhan murid untuk dilatih menjadi paranormal seperti dirinya.
Sembilan puluh sembilan koma sembilan persen selama saya menjadi paranormal ramalan saya ini berhasil. Tidak pernah meleset begitu kira-kiranya. Pernah orang tua saya punya teman polisi. Dia minta saya melihat mobilnya yang hilang. Itu terjadi tahun 60-70an. Orang tua panggil saya untuk menemukan mobil yang hilang. Saya bilang bahwa mobilnya ada dan tempatnya seperti apa saya katakan waktu itu. Dapat.
Namun kepuasan menjadi peramal tidak menjamin hidup Vera dipenuhi dengan ketenangan. Justru rasa takut dan kuatir kerap menghantui hari-harinya.
Kalau ada orang datang kena santet atau pelet, kami justru merasa takut. Karena semua itu adalah suatu kuasa, ilmu di alam roh yang tidak kelihatan, peperangan di alam roh yang tidak kelihatan. Jadi kalau yang datang kena santet kami coba netralisir, lalu yang menyantetnya itu adalah dukun yang lebih “tinggi” ilmunya dari kami, ya saya juga merasa takut. Karena semua ilmu akan kembali kepada kami. Jadi yang namanya damai itu tidak ada. Tapi kami memang sok jagoan, kami merasa bisa semuanya. Anak bayi di kampung yang pada nangis atau cengeng karena kesambet atau terkena “tuyul”, tinggal saya ambil air, kepret… sembuh. Dampaknya untuk orang lain apa yang kami lakukan memang kelihatan bagus sekali, tapi bagi kami tidak ada damai sejahtera.
Rasa tenang dan damai yang tidak pernah didapatkan selama menjalani hidup sebagai seorang paranormal mulai dirasakan lewat kejadian yang tidak disengaja.
Satu saat saya mengantar suami, di mobil saya ada radio. Tanpa sengaja saya membuka radio, ada ruang acara agama Kristen disana. Saya dengar, terus setelah saya pulang saya dengar kembali radio itu. Saya merasa enak dan senang, sebelumnya saya tidak pernah mendengar pendeta atau siapa saja, yang tahunya hanya jadi murid kebathinan. Mulai dari situ tiga-empat tahun saya membawa radio kecil keluar kamar untuk mendengarnya, suami saya tidak tahu. Pagi-pagi saya keluar kamar. Dari situ saya dengar terus orang berkotbah firman Tuhan melalui radio. Saya tidak melihat orangnya tapi ada sesuatu didalam hati terjadi. Saya merasa damai, enak dan sukacita. Saya lalu mulai mencari, yang namanya gereja itu seperti apa?.
Rasa damai dan sukacita yang dirasakan Vera setiap kali mendengar acara radio tersebut mendorongnya untuk mulai mencari tahu tentang Yesus pada seorang teman. Melalui teman tersebut Vera mulai banyak belajar dan mulai mengerti tentang keKristenan. Setelah 20 tahun menjadi seorang peramal, Vera akhirnya memutuskan untuk melepaskan ilmu-ilmu yang dimilikinya dan memberikan hidupnya untuk Yesus. Sejak saat itu banyak hal yang berubah dalam hidupnya.
Sebelum saya terima Tuhan, saya penyakitan, sebelas tahun saya sakit. Sesudah saya ikut Tuhan dan besok akan dibaptis, hari itu saya mimpi. Saya dioperasi oleh Tuhan lalu dikasih infus merah, infus putih. Seperti itu saja mimpinya, saya tidak tahu kenapa. Jadi ketika besoknya saya dibaptis, terus setelah itu saya jadi sembuh. Badan saya bisa naik 20 kg dalam waktu singkat setelah saya terima Tuhan Yesus.
Saat ini ilmu dan mantra-mantra yang pernah dimilikinya telah ditinggalkan karena Yesus telah mengisi hari-harinya dengan damai sejahtera dan sukacita yang dulu tidak pernah dirasakan sebelumnya.
Tuhan itu juruselamat dunia. Karena saya tinggal di dunia berarti Dia adalah juruselamat saya. Karena itu saya katakana bahwa dia adalah Allah diatas segala allah untuk pribadi saya, Nama diatas segala nama, Tuhan diatas segala tuhan.
Di antaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati. (Ulangan 18:10-11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar